My Blog List

Thursday, February 12, 2015

Are they real? Am i real? [Short Storty/Cerpen]

Posted by Salsa at 6:15 PM
Dedicated for Harry Potter's fans :) Enjoy the story! Hope you guys like it! Don't copy it without my permission! :)

___________________________________________________________________________




Azhar menutup buku setebal lima koma lima sentimeter itu dengan ekspresi wajah yang sulit diartikan. Dia menaruh bukunya ke tempat semula lalu merebahkan diri di atas kasur empuk. Ia memandangi langit-langit kamar, membayangkan dia mempunyai kemampuan untuk menyihir triplek yang menutupi kamarnya menjadi langit sungguhan dengan bintang-bintang dan bulan tersebar.
Dia beranjak dari kasurnya dan membuka lemari pakaian, mencari-cari sesuatu di dalamnya. Sebuh tongkat yang dibentuk dengan indah dipegang erat-erat oleh Azhar, dia lalu menggoyangkan tongkatnya ke arah jam beker sambil bergumam pelan.
Wingardium Leviosa
Jam beker itu melayang tepat di depan wajah Azhar, menari-nari ke sana sini.Benda itu terus melayang seiring goyangan tongkat di tangan Azhar. Terus melayang sampai kenyataan menampar Azhar keras-keras sampai ia terbangun dari halusinasinya.
Tidak mungkin. Itu tidak akan pernah terjadi.
Azhar melempar tongkat sihir palsunya ke kasur, ia duduk di bibir kasur dengan muram. Sekarang dia bingung. Dia tahu dia sudah hampir gila—semua orang memang menganggapnya gila. Bagaimana tidak? Meneriaki seseorang Crucio—mantra kutukan penyiksa—bukanlah sesuatu yang masuk akal, bukan?
Bertemu J.K Rowling adalah hal yang paling diinginkannya selama dua tahun terakhir ini. Dia ingin bilang kepada Rowling bahwa ia mempercayai dunia yang telah dibuat dengan sangat apik oleh Rowling. Azhar ingin sekali bilang bahwa ia ingin sekali tinggal di Hogwarts dan menjalankan aktivitasnya sebagai seorang penyihir dibandingkan menjadi seorang siswa SMP kelas tiga cemen.
Tidak bisakah ia menjadi seorang Harry Potter? Dia sering berandai mendapat surat dari seekor burung hantu bahwa ia akan menjadi murid di Hogwarts. Ia tahu itu tidak akan pernah terjadi—sekali lagi, tetapi misalkan itu terjadi ia bersumpah akan mengutuk anak-anak di sekolahnya dengan mantra kematian.
“Zar, kamu gak makan malem?” terdengar suara Ibunya diluar pintu, diiringi ketukan pelan. Azhar melihat ke arah jam dinding, sudah pukul delapan malam. Entah berapa jam yang ia habiskan untuk membaca buku seri terakhir dari Harry Potter.
“Iya, ma” ujar Azhar setengah berteriak, ia lalu mengembalikan tongkat sihir palsunya ke dalam lemari.
Azhar memutar kenop pintu kamarnya, terkunci. Ia baru ingat bahwa ia suka mengunci pintu setiap kali masuk kamar. Terlintas di pikirannya membuka pintu dengan hanya mengucapkan Alohomora—mantra pembuka pintu yang terkunci—namun lagi-lagi kenyataan menamparnya. Dia menghembuskan nafas pelan, memutar kunci di lubang pintu, lalu menghampiri meja makan yang sudah penuh.


***
“Coy, buatin gua ramuan cinta dong. Bisa, gak?”
Azhar sudah terbiasa dengan sambutan dari teman-teman sekelasnya di pagi hari seperti itu. Ia sebenarnya ingin sekali tertawa setiap kali teman-temannya berkata begitu untuk memberitahu kepada mereka bahwa itu sangatlah lucu walaupun sebenarnya tidak untuknya. Tetapi, lebih baik tertawa bersama-sama, bukan?
Azhar duduk dengan tenang di bangkunya sampai gumpalan kertas mengenai pipinya. Gumpalan kertas itu jatuh tepat di atas buku paket Sejarah yang sedang di bacanya. Dia mengambil gumpalan kertas itu dan membukanya. Sedikit kaget tetapi biasa saja, mungkin itulah yang bisa mendeskripsikan raut wajahnya saat itu.
Go back to reality’ ditulis acak-acakan oleh tangan malas. Untung saja Azhar pandai membaca segala jenis tulisan jadi ia masih mengerti apa yang ditulis oleh Kodir—Azhar sudah hafal tulisan tangan itu, Kodir sering di panggil oleh guru untuk mengerjakan soal. Kodir pastilah tidak bisa mengerjakan karena ia mengobrol di belakang, jadilah jawaban asal-asalan dengan tulisan asal-asalan juga.
“Jarr, udeh jangan ngayal mulu lo! Mending lo bersihin tuh ingus lo, terus cari pacar!” seru anak laki-laki botak dengan hidung besar yang kembang kempis. Anak itu menghirup udara dalam-dalam supaya cairan di hidungnya tidak menetes ke es yang ia pegang.
Azhar menengok sebantar ke anak botak dengan tatapan tak perduli. Ya,siapa juga yang ia memperdulikan omongan seorang anak botak berhidung besar dengan volume otak di bawah 1000 cc. Sejujurnya, ia merasa lebih normal dibanding semua anak di kelasnya.
“Jaar, lo bisa nyihir kecebong jadi katak gak?” tanya si anak berambut hitam klimis, rambutnya mirip sekali dengan Malfoy—musuh Harry yang berambut pirang klimis—
“Gobl**k! Gausah disihir juga bisa jadi kodok” ujar Kodir, hidungnya melebar saat ia tertawa dan disusul oleh tawa lainnya.
Azhar diam saja, berusaha fokus lagi ke masa colonial Eropa di Indonesia.Betul kan, yang sebenarnya aneh adalah mereka bukan dirinya. Mereka Idiot.
“Jar, Harpot itu payah. Jangan kebanyakan ngayal cuma karena cerita kayak gitu” ujar Dodi, si ketua kelas.
“Iya, emang siapa sih tuh yang buat?”
“Itu si, Jaka Roling”
“Oh, nenek-nenek itu y—“
Azhar merasakan telinganya memerah, panas sekali mendengar mereka berkata seperti itu. Mereka tidak tahu bahwa yang menjadi temannya selama ini hanyalah J.K Rowling dan buku-bukunya. Mereka tidak tahu apa-apa. Mereka benar-benar menyebalkan.
Mungkin Azhar setengah sadar melakukan ini, mengeluarkan tongkat sihir palsunya dari tas dan mengacungkan tongkat itu ke depan. Ia berteriak sekuat tenaga, benar-benar berharap mereka akan terpental ke belakang.
Stupefy

***
Suara ketikan keyboard menggema di ruangan ber cat hijau, sang pemilik ruangan tengah asyik tengkurap di depan laptop. Wajahnya terpaku dengan serius pada layar laptop, dahinya beberapa kali mengernyit. Setelah beberapa menit dahinya terus mengernyit di depan layar laptop, senyuman kini mengembang dengan sempurna di bibirnya.
“Gila, gua gak percaya!” Azhar berteriak dan berwoho-woho ria. Ia lalu tertawa terbahak-bahak, tetapi bukan karena hal yang amat lucu namun karena hal yangh sangat membahagiakan.
One message from jke***erowling@*mail.com
Azhar menggerakkan kursornya, menggesek-gesekkan jari tengahnya untuk mengklik open pada pesan di e-mailnya. Hatinya kini meletup-letup gembira. J.K Rowling membalas pesannya! Ia tidak bisa percaya, idola yang amat dibangga-banggakannya membalas pesannya!
______________________________________________________________________
Halo, Mrs. Rowling! Namaku Azhar, aku dari Indonesia. Kurasa aku adalah penggemar terberatmu! Kau tak percaya? Baiklah, aku akan menceritakan segalanya tentangku padamu. Aku sangat menyukai cerita Harry Pottermu! Kau tahu, itu adalah cerita novel seri terkeren yang pernah kubaca! Aku selalu berharap bisa melakukan semua mantra itu (Aku hafal semua mantranya, hebat, ‘kan?), namun sangat menyedihkan bahwa aku tidak akan pernah berhasil melakukannya. Teman-temanku tidak pernah menyukai kegilaanku terhadap Harry Potter, mereka selalu mencemoohku karena mereka berpikir itu hanyalah sebuah cerita fiksi! Tapi tidak untukku. Ceritamu lebih dari sebuah cerita fiksi, karakter-karakter dalam buku itu adalah temanku. Kau mungkin tidak ingin mendengar ini, tapi aku lebih baik hidup dalam dunia fiksi yang indah dan menyenangkan daripada hidup di dunia nyata yang berat. Aku benar-benar berterimakasih padamu karena telah menciptakan ‘teman’ untuk orang-orang, untukku. Semoga kau sukses selalu,
PS : Kirimi aku surat Hogwarts kapan-kapan, oke?



______________________________________________________________________
Halo, Azhar! Indonesia? Ah ya, aku pernah mendengar Negara itu! Bali, pantai yang indah itu, ‘kan? Wow, oke aku mencoba mempercayaimu! Azhar, banyak orang yang bilang padaku bahwa mereka ingin melakukan segala hal yang ada di dunia Harry Potter. Seandainya aku bisa menciptakan dunia itu menjadi nyata, sungguh aku ingin sekali! Tetapi, kau tahu Azhar. Kita memang sangat membutuhkan imajinasi untuk menjalani hidup keras ini..Imajinasi memungkinkan kita untuk berempati dengan manusia melalui pengalaman yang tidak pernah kita bagi.Tapi mungkin akan lebih indah jika kau juga memberi kesempatan realita untuk membuatmu bertahan hidup. Percayalah, Hogwarts akan selalu menyambutmu sebagai tuan rumah.Dan, jika teman-temanmu mengejekmu, kau bisa mencetak surat ini dan memberikannya pada mereka. Katakan pada mereka kalau aku akan menciptakan mantra kutukan baru untuk mereka. Terimakasih kembali, semoga bahagia selalu menyertaimu!
Tinta bulu pena ku habis, mungkin aku akan menyuruh Harry untuk menuliskannya untukmu!
Salam,
Joanne Rowling

0 comments:

Post a Comment

 

Fly away with me☂ Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review

Hetalia: Axis Powers - Liechtenstein